Kamis, 14 Desember 2023

Filosofi Pendidikan Indonesia

                                                            Topik 3 Tugas 3.8 Aksi Nyata


Manusia Indonesia bagi Saya

 

1.     Mahasiswa mengobservasi secara kritis tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan

Hasil observasi saya di SMA Negeri 9 Pekanbaru terkait tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan yaitu sebagaiberikut :

1)     Adanya lambang Pancasila di beberapa ruang, serta dipajang didepan kelas foto presiden dan wakil presiden yang dimana sebelah kiri foto presiden bapak Ir. H. Joko Widodo dan kanan wakil presiden bapak Prof. Dr. K. H. Ma'ruf Amin. Hal ini merupakan salah satu bentuk sekolah menjunjung tinggi lambang negara yang sekaligus identitas kita sebagai warga negara Indonesia dengan semboyan bhine katunggal ika yang memiliki arti meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Lambang Pancasila serta Foto Presiden dan Wakil Presiden

 

2)     Dilaksanakannya upacara bendera setiap senin pagi, dimana kegiatan tersebut merupakan salah satu identitas sebagai warga negara Indonesia, yang memiliki semboyan bhineka tunggal ika, yang dimana walaupun Indonesia memiliki banyak perbedaan tetapi tetap bisa bersatu, menumbuhkan jiwa patriotism, dan dengan dilakukannya kegiatan upacara setiap pagi senin sebgai bentuk memperingati dan mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perang.

Pelaksanaan Upacara Bendera

3)     Bebasnya menjalankan ibadah keagamaan seperti sholat di SMAN 9 Pekanbaru, walaupun di SMAN 9 Pekanbaru memiliki keberagaman dalam beragama tapi tidak menghambat warga sekolah untuk melakukan ibadah salat. Sekolah menyediakan tempat untuk ibadah bersama atau berjamaah di mushala, yang juga dilengkapi dengan mukenah dan sajadah. Guru memberikan kelonggaran kepada peserta didik untuk melaksanakan ibadah sholat. Selain itu, terdapat kegiatan Imtaq yang dilaksanakan setiap hari jum’at bagi seluruh peserta didik yang muslim serta kegiatan keagamaan lainnya bagi peserta didik nonmslim.

Pelaksanaan Imtaq

 

4)     Budaya saling menghormati dan menghargai satu sama lain, terlihat di SMAN 9 Pekanbaru dengan adanya kegiatan salam sapa yang dilakukan oleh peserta didik kepada guru ketika akan memasuki sekolah yang berada di depan pagar dan hadir tepat waktu. Kemudian peserta didik juga turut andil merayakan hari guru nasional sebagai bentuk apresiasi kepada para guru dengan mengadakan berbagai kegiatan. Hal ini bukti bahwa peserta didik mengetahui tugas dan kewajibannya sebagai peserta didik untuk disiplin, saling menghormati dan menghargai. Hal ini sesuai indentitas indonesia berbhineka tunggal ika yaitu melakukan hal- hal terpuji sesuai dengan kodrat manusia yang utuh.

Kegiatan Memperingati Hari Guru

 


2.     Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada disekolah menguatkan identitas manusia Indonesia.

Penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia bisa dilakukan dengan berbagai cara:

1)     Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa dengan bentuk pengamalan dari sila pertama Pancasila yaitu toleransi beragama antar warga sekolah SMAN 9 Pekanbaru, yang dimana untuk muslim melaksanakan sholat berjamaah setiap dzuhur dan juga setiap jumat pagi diadakan imtaq, yang diisi dengan membaca alquran, ceramah dan nasyid yang dilakukan secara bergilir oleh setiap kelas, kemudian peserta didik juga berdoa sebelum dan sesudah belajar di kelas. Menjalankan kewajiban agama masing masing disekolah serta menghormati dan menghargai hari – hari besar keagamaan lainnya.

Pelaksanaan Imtaq dan hari keagamaan

 

2)     Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dengan bentuk pengamalan dari sila kedua Pancasila yaitu tidak membeda-bedakan teman yang lain baik itu suku, ras dan agama. Semua warga SMAN 9 tampak kompak dan saling menghargai. Mengetahui dan menerima hak sebagai Pendidik akan tugas dan kewajibannya dalam sekolah yaitu masuk ngajar dikelas dengan tepat waktu, dan juga mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwal. Dilakukannya kegiatan salam sapa setiap pagi oleh Peserta didik kepada bapak/ibu guru dengan memberi senyuman , menyalaminya dan mengucapkan salam, ketika bertemu dan berpapasasan. Hal lain yang juga dilakukan dengan saling menghargai ketika di dalam kelas.

Pembelajaran di Kelas

3)     Sila ketiga : Persatuan Indonesia dengan bentuk pengamalan sila ketiga pancasila yaitu mengikuti upacara bendera merah putih yang dimana memiliki makna cinta tanah air, dan sebagai masyarakat Indonesia harus selalu mengedepankan tujuan kesatuan, persatuan, serta kepentingan bagi negara dibandingkan kepentingan individu.

Pelaksanaan Upacara Bendera

4)     Sila ke empat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawarahan dan Perwakilan dengan bentuk pengamalan sila keempat Pancasila yaitu mengutamakan dan menghargai musyawarah atau berdiskusi kelompok untuk mencapai mufakat, dalam menyelesaikan masalah dan menghormati dan menghargai pendapat orang lain. Pada sila ini manusia Indonesia berprilaku untuk selalu bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah. Contoh penerapannya disekolah yaitu dengan mengadakan pemilihan OSIS dan diskusi kelompok dalam pembelajaran.

Pembelajaran Berkelompok

 

5)     Sila ke lima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dengan bentuk pengamalan sila kelima Pancasila yaitu seluruh warga sekolah bergotong royong, bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, berteman dengan siapa saja karena setiap orang berkedudukan yang sama selaku menusia Indonesia dan menghormati hak–hak orang lain. Menghargai karya peserta didik dengan menampilkan karya tersebut disetiap sudut ruangan sekolah dan kelas.

Hasil Karya Peserta Didik

Filosofi Pendidikan Indonesia

                                                  Topik 3 Tugas 3.7 Koneksi Antar Materi


Manusia Indonesia dari Perspektif Beragam

 

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Pendidikan adalah ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Pendidikan juga sebagai proses memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan. Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya baik secara lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri atau disebut juga mandiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi peserta didik untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain serta menjadi mandiri. Kekuatan diri yang dimiliki, menuntun peserta didik menjadi cakap dalam mengatur hidupnya dengan tanpa dikuasai oleh orang lain.

Ki Hajar Dewantara membedakan kata pendidikan dan pengajaran dalam memahami arti dan tujuan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup peserta didik secara lahir dan bathin. Sedangkan pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak atau peserta didik agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki watak serta karakter hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat pada anak.

Mengenai pendidikan dengan perspektif global, Ki Hadjar Dewantara mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik. Nilai-nilai kemanusiaan adalah sumbu esensial dari kebudayaan. Kemanusiaan Indonesia mencakup nilai, jiwa, hasrat, martabat, sosialitas, relasionalitas, genuitas, dialogalitas, dan berbagai tradisi manusia-manusia Indonesia dari waktu ke waktu. Setidaknya ada tiga hal benar  atau hakiki yang layak ditegaskan sebagai nilai kemanusiaan khas Indonesia, yakni nilai kebhinekatunggalikaan, nilai-nilai pancasila, dan religiusitas.

Bagi masyarakat Indonesia, keragaman merupakan nilai yang khas dan menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia beragam dalam hal pengalaman hidup, budaya, bahasa, ras, suku, bahasa, kepercayaan, tradisi, daan berbagai ungkapan simbolik. Semuanya itu memuat nilai-nilai yang menjiwai pertumbuhan hidup bersama dengan ciri khas yang berbeda-beda. Karenanya, didalam nilai keragaman terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang amat kaya dan layak untuk terus digali dan dilestarikan. Keberagaman bangsa Indonesia ini dapat menjadi pertimbangan bagi pendidik dalam menerapkan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. sehingga pembelajaran yang diberikan tersebut dekat dengan dunia peserta didik dan mampu menjadi karakter positif. 



#ppg

#ppgprajabatan2023

Rabu, 06 Desember 2023

Filosofi Pendidikan Indonesia

                                                      Topik 3 Tugas 3.5 Demonstrasi Kontekstual


KONTEKSTUALISASI MANUSIA INDONESIA


Minggu, 12 November 2023

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia

                                                                Topik 4 Tugas 4.9 Aksi Nyata

                                        Pembelajaran pada Zone of Proximal Development (ZPD)


1.     Mulai Dari Diri

Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?

Jawab:

Pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Semakin berkembangnya pendidikan juga menentukan kualitas pendidikan. Salah satu elemen pendidikan yang membuat pendidikan semakin berkembang adalah guru. Dalam melaksanakan pembelajaran dikelas guru perlu menggunakan strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Melalui ZPD akan muncul kemampuan pada individu yang semulanya tidak disadari melalui interaksi dengan individu lain. Hal ini perlu dipelajari lebih dalam lagi sebagai pedoman menjadi seorang pendidik.

 

2.     Eksplorasi Konsep

Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?

Jawab:

Zona perkembangan proksimal merupakan teori yang dikembangkan Vygotsky terkait jarak tingkat perkembangan actual anak dan tingkat perkembangan potensial anak dalam memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. ZPD berhungan dengan interaksi anak yang diberikan bantuan dalam pembelajaran baik bantuan dari diri sendiri, teman sebaya maupun guru. Sebagai guru saya harus siap untuk dapat ditugaskan mengajar dengan memahami pembelajaran ZPD pada peserta didik dalam mengembangkan pengatahuannya dan minatnya dalam pembelajaran. ZPD menjadi proses pendewasaan pada anak, membantu anak dalam mengembangkan potensinya, dan saling berikteraksi. Pembelajaran ZPD mampu membuat peserta didik percaya diri, tidak malu bertanya, mau belajar, dan mau menerima masukan dari pihak lain.

 

3.     Ruang Kolaborasi

Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?

Jawab:

Dari hasil diskusi diperoleh pandangan masing-masing kelompok terkait Zone of Proximal Development (ZPD). Kemudian setelah memahami tentang ZPD, masing-masing anggota kelompok menilai kesiapan dalam mengimplimentasikan ZPD dalam pembelajaran. Dari berbagai pandangan awal dan penerapan pembelajaran ZPD, masing-masing anggota kelompok memiliki persaman dalam memperhatikan ZPD maka akan lebih mudah untuk memetakan kebutuhan belajar peserta didik. Persamaan pandangan tentang pembelajaran pada Zone of Proximal Development (ZPD) yang mempengaruhi proses pendidikan yang dimiliki adalah tingkat kemampuan peserta didik dibedakan ke dalam dua tingkatan yaitu tingkat perkembangan aktual dan potensial. Memperhatikan ZPD membuat guru lebih mudah mengembangkan proses belajar mengajar, karna kita tau peserta didik mana yang membutuhkan bantuan pendidik dan mana yang membutuhkan bantuan tutor sebaya. Kemudian terdapat juga perbedaan yang dikemukakan yaitu penggunaan Scaffolding dalam pelaksanaan pembelajaran untuk membantu penerapan ZPD di sekolah diterapkan pada materi yang berbeda antar anggota kelompok. Guru perlu melakukan perencanaan pembelajaran dengan membuat modul ajar, soal diagnostik, dan pertanyaan pemantik yang nantinya akan dilaksanakan pada proses pembelajaran. Selain itu guru perlu mengetahui gaya belajar peserta didik sehingga dapat memberikan pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar. Perbedaan pandangan selanjutnya adalah bagi peserta didik kelompok atas perlu dipersiapkan soal pengayaan dan kelompok rendah perlu dipersiapkan soal remedial.

 

4.     Demonstrasi Kontekstual

Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?

Jawab:

Bahwa ZPD yang telah didikusikan membuat setiap anggota kelompok memiliki gambaran dalam menemukan dan menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran disekolah. Dari pesamaan dan perbedaan pandangan, masing-masing anggota dapat menemukan hal baru yang mungkin terjadi dan memperkirakan solisi dari hal tersebut.

 

5.     Elaborasi Pemahaman

Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?

Jawab:

Topik ini memberikan penjelasan terkait penerapan konsep pembelajaran yang melibatkan perspektif sosiokulturan dengan penerapan Zone of Proximal Development (ZPD), dengan mempelajari topik ini saya menjadi lebih paham tentang bagaimana mempersiapkan pembelajaran dengan memperhatikan perspektif sosiokultural peserta didik. Solusi pembelajaran yang membuat peserta didik nyaman akan belajar dan berkembang dalam proses pembelajarannya. Sebagai seorang guru, penting untuk melakukan ZPD atau analisis awal yang dilakukan sebelum menentukan strategi pembelajaran yang akan diterapkan kepada peserta didik nantinya.

 

Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai?

Jawab:

Pengetahuan baru yang diperoleh terkait penerapan ZPD, dimana penerapan pembelajaran bersosiokultural dengan penerapan stratei ZPD meliputi bagaimana guru dapat melakukan analisis awal yang berkaitan dengan latar belakang sosial dan budaya peserta didik, sehingga nantinya mampu melakukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik/ latar belakang peserta didik, sehingga kebutuhan belajarnya akan terpenuhi. Sebagai calon guru, ilmu ini sangat penting bagi saya sebagai bekal nantinya saat menjalan profesi saya sebagai seorang guru. Dimana nantinya saya akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan latar belakang maupun karakteristik peserta didik saya, karena telah melakukan analisis awal terlebih dahulu terkait sosial dan budayanya. Pada pembelajaran abad 21 dan kurikulum merdeka, seorang guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi pembelajaran saja, akan tetapi seorang guru harus mampu mengamati seluruh kondisi yang ada pada peserta didiknya, utamanya latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang terhimpun dalam penerapan perspektif sosiokultural.

 

Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Jawab:

Bagaimana cara menerapkan perspektif sosiokulturan melalui Zone of Proximal Development (ZPD) yang benar agar pembelajaran efektif?

 

6.     Koneksi Antar Materi

Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik didalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?

Jawab:

Teori dalam menemukan zona perkembangan proksimal (ZPD) dan menurut pandangan Vygotsky memiliki kaitan denga praktik pendidikan yang mengkonseptualisasi hubungan pembelaajran dan perkembangan manusia. Keterkaitan topik 4 ini dengan mata kuliah lain yaitu dalam filosofi bahwa penting untuk mendukung lingkungan peserta didik. Melalui profiling dan melihat kesiapan belajar peserta didik  serta kemampuan awalnya akan menjadikan ZPD solusi yang baik agar anak dapat berkembang dalam pembelaajrannya, hal ini terkait dengan mata kuliah pemahaman peserta didik dan pembelajaran berdiferensiasi. Keterkaitan dengan asesmen dalam melakukan perencanaan yang tepat agar ZPD dapat diterapkan dengan baik. Kemudian dalam praktik lapangan akan bisa terlihat bagaimana cara menerapkan ZPD dan apa efeknya bagi peserta didik.

 

7.     Aksi Nyata

Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?

Jawab:

Mempersiapkan diri dalam mengajar dengan memperhatikan Pembelajaran pada Zone of Proximal Development (ZPD) pada peserta didik.

 

Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10. Apa alasannya?

Jawab:

Menurut saya kesiapan saya saat ini sudah dalam skala 8 dan sudah mulai diterapkan dalam pembelajaran siklus pertama, namun masih diperlukan evaluasi untuk perbaikan kedepan.

 

Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?

Jawab:

Pemahaman yang baik, strategi yang tepat, instrument yang mendukung, dan kemungkinan yang akan terjadi lalu solusi untuk hal tersebut.


Kamis, 09 November 2023

Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia

 Topik 3 Tugas 3.8 Aksi Nyata

Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik dalam Pembelajaran


1.     Mulai Dari Diri

Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?

Jawab:

Perspektif sosiokultural yang beragam di Indonesia menjadikan guru untuk dapat membuat strategi dan metode pembelajaran yang beragam agar peserta didik merasakan langsung manfaat dari pembelajaran. Berbagai permasalahan tentang pendidikan harus dapat diatasi agar semua peserta didik merasakan pembelajaran yang berkualitas. Hal tersebut akan membuat peserta didik baik dari pelosok negeri pun dapat mengenyam pendidikan yang sama dan mencapai cita-citanya dengan baik. Karena sangat banyak di pelosok negeri anak-anak bangsa yang berkualitas memiliki mimpi tinggi dan berusaha untuk bisa menggapai mimpinya sebisanya dengan fasilitas pendidikan yang seadanya. Dari berbagai macam perspektif tersebut hendaknya mampu memfasilitasi perkembangan anak untuk menggapai impiannya dan menggali potensi dirinya. Kemudian sebagai pendidik professional harus siap untuk menerima segala macam perspektif sosial pada anak dan membuat pembelajaran  yang berpihak pada anak, terutama sesuai dengan perspektif sosiokulturalnya tersebut.

 

 

2.     Eksplorasi Konsep

Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?

Jawab:

Bahwa aktivitas sosial dan interaksi orang dewasa anak membentuk dasar sosialisasi kognitif pada anak dalam pengertian SES. Kemudian mediasi pada SES ini terkait dengan CHAT (Cultural Historical Activity Theory) dimana manusia tidak pernah bereaksi langsung terhadap lingkungannya, melainkan berinteraksi dengan objek melalui mediator yang merupakan alat dan sarana budaya. Perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan di Indonesia terlihat bahwa peserta didik dengan latar belakang perspektif yang bagus akan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, karena sudah didukung oleh lingkungannya. Namun dibalik itu semua masih ada peserta didik dengan perspektif sosiokultural menengah kebawah yang dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dikarenakan memiliki minat belajar yang tinggi, dan balik lagi hal ini sangat jarang terjadi. Ada 3 teori yang mendasari perspektif sosiokultural dam pembelajaran yaitu Vygotsky, Leont’ev, dan Ratner. Menurut Vygotsky anak-anak tumbuh menjadi kehidupan intelektual orang-orang disekitar mereka. Hal ini berkaitan dengan kaum muda mengembangkan minat dan aktivitas hidupnya bersama dengan kelompok ekonomi tertentu. Menurut Leont’ev bahwa keinginan, emosi, dan motif semuanya diproduksi didalam dan melalui sistem hubungan sosial seperti halnya proses kognitif. Keinginan adalah faktor yang memandu, mengatur aktivitas konkret agen dalam lingkungan objektif dijelaskan oleh fakta bahwa dalam masyarakt manusia objek hasrat diproduksi, dan keinginan itu sendiri karena juga diproduksi, kita dapat mengatakan hal yang sama tentang emosi dan perasaan. Ratner menyebutkan bahwa lima jenis utama fenomena budaya yaitu pertama, kegiatan budaya yang memproduksi barang, membesarkan dan mendidik anak. Kedua, nilai budaya, skema, makna, dan konsep bahwa orang-orang secara kolektif memberikan hal-hal dengan makna. Ketiga, artefak fisik yang terdiri dari perkakas, buku, kertas, gerabah, dan peralatan. Keempat, fenomena psikologis yaitu emosi, persepsi, motivasi, dan penalaran logis. Kelima, terdapatnya agensi yaitu manusia secara aktif membangun dan merekonstruksi fenomena budaya. Kelima jenis budaya ini jelas saling terkait dan bergantung masing-masing dalam mewujudkan karakter khas budaya dari dalam dirinya.

 

 

3.     Ruang Kolaborasi

Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?

Jawab:

Dari hasil diskusi masing-masing rekan kelompok dapat diperoleh bahwa perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik berpengaruh dalam pendidikan yang berkaitan dengan cara pendang masyarakat dalam memahami arti penting pendidikan, sehingga dapat memiliki tujuan hidup yang lebih baik. Dalam dunia Pendidikan tentunya banyak ditemukan keberagaman yang unik. Kesiapan mengajar dengan memperhatikan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pembelajaran pada peserta didik adalah aspek penting dalam pendidikan kontemporer. Ini mencerminkan pemahaman bahwa pembelajaran bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga memahami peserta didik dalam konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik mereka. Dengan memperhatikan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pembelajaran, guru dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan sosial, budaya, ekonomi, dan politik peserta didik. Ini membantu mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berpikir kritis, peduli dan inklusif. Perspektif-perspektif ini juga memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang dunia di sekitar mereka dan membentuk pandangan yang kritis terhadap isu-isu yang kompleks sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih berarti dan relevan. Hal tersebut bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan dunia yang terus berkembang. Kemudian, masing-masing perspektif sosiokultural dalam pembelajaran yang mempengaruhi proses pendidikian memiliki persamaan terkait memahami perbedaan status sosial dan memiliki kemampuan IPTEK, perbedaanya terdapat ketika pada faktor politik yang mempengaruhi kurikulum. Diakhir diskusi saya memperoleh bahwa persamaan dan perbedaan pandangan tentang mengajar dengan memperhatikan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pembelajaran pada peserta didik. Persamaan yang terdapat yaitu penting bagi guru untuk memetakan latar belakang sosial, politik, ekonomi dan budaya peserta didik dan tidak membeda-bedakan peserta didik dalam proses pembelajaran. Perbedaanya yaitu diamati dari beberapa opini tentang mengajar dengan memperhatikan perspektif sosiokultural sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Salah satunya yaitu terkait bagaimana cara guru memetakan peserta didik dan strategi, metode dan model pembelajaran yang akan dilakukan pada proses pembelajaran.

 

 

4.     Demonstrasi Kontekstual

Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?

Jawab:

Bahwa latar belakang sosial, budaya ekonomi dan politik dapat di diskusikan sehingga memperoleh kesimpulan yang sama dalam proses pembelajaran yang lebih baik dan berpihak pada peserta didik. Setiap rekan kelompok juga mampu memberikan penilaian terhadap faktor-faktor yang berbeda dan saling belajar. Kemudian juga dapat saling menghargai dan menghormati pendapat rekan kelompok lainnya serta melakukan evaluasi terhadap diskusi yang telah dilakukan.

 

 

5.     Elaborasi Pemahaman

Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?

Jawab:

Perspektif sosiokultural sangat berpengaruh pada Pendidikan terutama dalam proses pembelajaran sehingga sebagai guru harus mampu menghadapi perbedaan dan tantangan yang ada. Sebagai guru harus mampu mempelajari, mengenal, dan memahami adanya perbedaan perspaktif sosiokultural dengan pendekatan kepada peserta didik dan melakukan observasi peserta didik untuk acuan merancang pembelajaran.

 

Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai?

Jawab:

Hal yang saya pahami bahwa sebagai seorang guru harus mampu mempertimbangkan SES peserta didik dalam pembelajaran dan memperhitungkan dimensi sosial di sekolah termasuk hubungan sosial antara peserta didik dan guru. Pertimbangan akan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik penilaian dalam pembelajaran yang akan diterapkan berdasarkan perspektif sosiokultural peserta didik perlu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik

 

Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Jawab:

Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan berdasarkan perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik peserta didik.

 

 

6.     Koneksi Antar Materi

Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik didalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?

Jawab:

Teori yang ada pada topik 3 ini berkaitan satu sama lain seperti teori Vygotsky terkait setiap anak yang mengembangkan minatnya berdasar kelompok ekonomi tertentu, yang berkaitan dengan pendapat Leont’ev bahwa keinginan , emosi, dan motif semuanya diproduksi melalui hubungan sosial ekonomi tertentu. Selain keterkaitan antar teori didalamnya, terdapat pula keterkaitan dengan mata kuliah lain yaitu dengan filososfi pendidikan yang sama-sama berbicara terkait budaya yang mendukug minata anak dilingkungannya. Koneksi dengan pemahaman peserta didik pada teori Bronfenbrenner yaitu individu dipengaruhi ekologi lingkungannya. Koneksi dengan pembelajaran berdiferensiasi yaitu kelas sosial budayaa dapat menjadi acuan dalam memilih strategi pembelajaran. Koneksi dengan asesmen yaitu nilai-nilai budaya dapat menjadi salah satu acuan dalam merancang asesmen yang dekat dengan budaya anak. Terakhir, koneksi dengan praktik lapangan yaitu diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi yang mengerti kodrat anak dan mengkondisikan lingkungan belajar yang kondusif dalam siklus pertama.

 

 

7.     Aksi Nyata

Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?

Jawab:

Mempersiapkan diri dalam penggunaan strategi yang tepat setelah mengetahui latarbelakang SES dan CHAT peserta didik sebelum pembelajaran dimulai.

 

Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10. Apa alasannya?

Jawab:

Menurut saya kesiapan saya saat ini sudah dalam skala 9 dan sudah mulai diterapkan dalam pembelajaran siklus pertama, namun masih diperlukan evaluasi untuk perbaikan kedepan.

 

Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?

Jawab:

Pemahaman yang baik, strategi yang tepat, instrument yang mendukung, dan kemungkinan yang akan terjadi lalu solusi untuk hal tersebut.

 


Senin, 06 November 2023

Filosofi Pendidikan Indonesia

  Topik 2 Tugas 2.4 Ruang Kolaborasi

Kelompok 3

Konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah yang sejalan dengan pemikiran KHD


BUDAYA PACU JALUR

Pacu Jalur (juga dieja sebagai Pachu Jalugh, atau Patjoe Djaloer) adalah perlombaan tradisional dayung perahu atau sampan atau kano yang  terbuat dari kayu gelondongan utuh yg dibentuk menjadi perahu khas Rantau Kuantan yang berasal dari kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau, Indonesia.

Dimulai dari abad ke-17, Pacu Jalur bermula dari sebuah sistem transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, sebuah daerah di sepanjang Sungai Kuantan. Masyarakat belum mengenal transportasi darat pada waktu itu karena Sungai Kuantan masih menjadi sumber kehidupan masyarakat sekitar. Mulai dari memancing, mencuci pakaian dan mandi, hingga sebagai jalur transportasi. Kata Jalur sendiri dalam Bahasa tradisional Riau berarti Perahu.

Mampu menampung 40 hingga 60 orang, masyarakat beramai-ramai menggunakan Jalur untuk mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu. Seiring waktu, muncul berbagai Jalur yang diberi ukiran-ukiran indah, selendang, tali-temali dan berbagai aksesoris pemanis lainnya.

Lambat laun, Jalur tidak hanya berfungsi sebagai alat angkut namun juga sebagai simbol status sosial masyarakat pada kala itu. Pasalnya, hanya datuk-datuk, bangsawan atau penguasa wilayah saja yang dapat mengendarai Jalur berhias. Semakin mewah hiasannya, semakin eksklusif pula Jalur tersebut.

Barulah pada abad ke - 18, warga mulai menggelar lomba adu kecepatan antara Jalur yang sampai hari ini dikenal sebagai Pacu Jalur.

IMPLEMENTASI PEMIKIRAN KHD DALAM BUDAYA PACU JALUR


Ing Ngarso Sung Tolodho

·       Pemain paling depan terdiri atas anak joki dan pendayung pangkal perahu. Anak joki bertugas sebagai pemberi informasi kepada anak pacuan tentang posisi haluan jalur sekaligus memberikan semangat. Kemudian pendayung paling depan sebagai pemimpin

Ing madya mangun karso

·       Pendayung yang berada di Tengah bertugas sebagai pengarah jalan dan pengingat anak pacu ketika mendayung.

Tut wuri handayani

·       Yang berada di bagian belakang memberikan dorongan agar jalur atau perahu melaju dengan baik ke garis finish.

Filosofi budaya pacu jalur yang bisa kita dapatkan yaitu untuk suatu tujuan perlu adanya Kerjasama dan saling bahu membahu sehingga tercapai apa yang menjadi tujuannya. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Pacu Jalur juga menjadi ajang silaturahmi bagi rakyat Kuantan Singingi, dimana ketika pacu jalur berlangsung banyak rakyat yang pulang kampung untuk ikut menyemaraki acara ini.


Jumat, 03 November 2023

Filosofi Pendidikan Indonesia

 Topik 1 Tugas 1.7 Koneksi Antar Materi


RELEVANSI perjalanan pendidikan nasional

Simpulan dan Penjelasan Perjalanan Pendidikan Nasional

Dunia pendidikan merupakan sesuatu yang cukup dekat dengan saya, karena saya sudah terlibat didalamnya semenjak menjadi peserta didik hingga saat ini menjadi guru. Ketika melakukan refleksi terkait pengalaman dibangku sekolah, mampu membuka pemikiran saya terkait siapa saya sebagai seorang guru. Menjadi guru membawa saya untuk selalu berkembang dan belajar setiap harinya. Menjadi guru yang inspiratif dan menyenangkan merupakan salah satu hal yang menjadi tujuan saya, dan saya perlu terus belajar untuk itu.

Dalam proses pembelajaran menjadi seorang guru, membawa saya mengenal sosok Ki Hadjar Dewantara yaitu Bapak Pendidikan Indonesia, dimana menurutnya Pendidikan berhubungan dengan kodrat alam yaitu sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik demi membentuk karakter peserta didik yang positif. Kemudian kodrat zaman yaitu menekankan pada kemampuan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan seluas-luasnya seiring perkembangan zaman, tentunya tidak terlepas dari tugas guru sebagai pembimbing. Dalam sebuah pidato sambutannya beliau menjunjung tinggi kemerdekaan, pendidikan, dan kebudayaan Indonesia.


Praktik pendidikan dewasa ini yang membelenggu peserta didik, yaitu peserta didik seolah-olah terikat oleh kurikulum tanpa mampu mengembangkan kemampuan dan minat pada diri peserta didik. Hal ini membuat peserta didik tidak merdeka dalam belajar dan mnjadikan belajar tidak lagi menyenangkan. Oleh karena itulah diperlukan pembelajaran berdiferensiasi untuk memetakan setiap peserta didik agar mampu berkembang sesuai kebutuhannya, sehingga tidak lagi kembali pada masa penjajahan.

Pendidikan pada masa kolonial Belanda dan Jepang hanya sebagai syarat untuk kepentingan penguasa saja. Hingga pada tahun 1920 kemudian lahirlah cita-cita untuk melakukan perubahan radikal dalam Pendidikan dan pengajaran. Kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara dengan tujuan memberikan kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi seluruh rakyat Indonesia. Tentunya tanpa pandang faktor sosial, budaya, ekonomi, politik dan sesuai dengan perspektif sosiokultural yang berbeda-beda antara setiap rakyat Indonesia.

Kondisi pendidikan di Indonesia setelah merdeka mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan landasan pendidikan. Pada pendidikan di era ini, bangsa Indonesia berusaha menghilangkan paham-paham pendidikan Belanda dan Jepang, sehingga peserta didik memiliki ciri khas Indonesia dan berkarakter. Pembelajaran di rancang sedemikian rupa agar budaya bangsa Indonesia dapat terus diwariskan. Pembelajaran juga memperhatikan tahap perkembangan peserta didik agar proses pembelajaran bermakna, salah satunya mendalamai teori-teori pemahaman peserta didik. Kemudian peserta didik juga perlu diberikan prinsip pengajaran dan asesmen yang tepat dalam melihat perbaikan kualitas di setiap pembelajarannya menjadi manusia yang merdeka.


Refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh

Berdasarkan pidato Ki Hadjar Dewantara bahwa Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, saya merefleksikan diri untuk menjadikan pendidikan sebagai wadah menanamkan benih kebudayaan yang muncul dalam pendidikan kepada peserta didik sebagai bibit-bibit yang akan menjadi generasi masa depan bangsa yang beradab, berakhak mulia, dan berguna bagi bangsa dan negara.

Dengan melihat perjalanan pendidikan dari sebelum hingga setelah kemerdekaan membuat saya paham akan pendidikan yang memerdekakan peserta didik. Pendidikan yang tidak menjadi belenggu bagi peserta didik sehingga peserta didik mampu berkembang. Pendidikan yang menuntun tumbuh kembangnya peserta didik sesuai kodratnya. Pengajaran yang sesuai dengan asas pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, Ing ngarso sung tuladho (guru didepan sebagai contoh), Ing madya mangun karsa (guru ditengah memberi semangat serta ide), dan Tut wuri handayani (guru dibelakang memberi motivasi).

Jika kelak menjadi seorang guru Saya ingin menjadi guru yang dapat menjadi contoh, dan menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. Menjadi guru yang mampu memberikan kesan baik dalam pembelajaran. Menjadi guru yang mampu mendidik dengan mengasuh dan memberi nilai-nilai positif dalam kehidupan mereka dengan memperhatikan dan menuntun peserta didik untuk mengembangkan diri agar merdeka batinnya, pikirannya, dan juga tenaganya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang memanusiakan manusia, dan pendidikan yang mencerminkan budaya bangsa agar menjadi manusia yang mandiri.

Perspektif Sosiokultural dan Pendidikan Indonesia

                                                                             Topik 6 tugas 6.8 Aksi Nyata                                   ...