Topik 2 Tugas 2.4 Ruang Kolaborasi
Kelompok 3
Konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah yang sejalan dengan pemikiran KHD
BUDAYA PACU JALUR
Pacu Jalur (juga dieja sebagai Pachu
Jalugh, atau Patjoe Djaloer) adalah perlombaan
tradisional dayung perahu atau sampan atau kano yang terbuat dari kayu gelondongan utuh yg dibentuk menjadi perahu khas
Rantau Kuantan yang berasal dari kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau, Indonesia.
Dimulai dari abad ke-17, Pacu Jalur bermula
dari sebuah sistem transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, sebuah
daerah di sepanjang Sungai Kuantan. Masyarakat belum mengenal transportasi
darat pada waktu itu karena Sungai Kuantan masih menjadi sumber kehidupan
masyarakat sekitar. Mulai dari memancing, mencuci pakaian dan mandi, hingga
sebagai jalur transportasi. Kata Jalur sendiri dalam Bahasa tradisional Riau
berarti Perahu.
Mampu menampung 40 hingga 60 orang,
masyarakat beramai-ramai menggunakan Jalur untuk mengangkut hasil bumi seperti
pisang dan tebu. Seiring waktu, muncul berbagai Jalur yang diberi ukiran-ukiran
indah, selendang, tali-temali dan berbagai aksesoris pemanis lainnya.
Lambat laun, Jalur tidak hanya berfungsi
sebagai alat angkut namun juga sebagai simbol status sosial masyarakat pada
kala itu. Pasalnya, hanya datuk-datuk, bangsawan atau penguasa wilayah saja
yang dapat mengendarai Jalur berhias. Semakin mewah hiasannya, semakin
eksklusif pula Jalur tersebut.
Barulah pada abad ke - 18, warga mulai
menggelar lomba adu kecepatan antara Jalur yang sampai hari ini dikenal sebagai
Pacu Jalur.
IMPLEMENTASI
PEMIKIRAN KHD DALAM BUDAYA PACU JALUR
Ing Ngarso Sung Tolodho
·
Pemain paling depan
terdiri atas anak joki dan pendayung pangkal perahu. Anak joki bertugas sebagai
pemberi informasi kepada anak pacuan tentang posisi haluan jalur sekaligus
memberikan semangat. Kemudian pendayung paling depan sebagai pemimpin
Ing madya mangun karso
·
Pendayung yang berada di Tengah
bertugas sebagai pengarah jalan dan pengingat anak pacu ketika mendayung.
Tut
wuri handayani
·
Yang berada di bagian
belakang memberikan dorongan agar jalur atau perahu melaju dengan baik ke garis
finish.
Filosofi
budaya pacu jalur yang bisa kita dapatkan yaitu untuk suatu tujuan perlu adanya
Kerjasama dan saling bahu membahu sehingga tercapai apa yang menjadi tujuannya.
Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Pacu Jalur juga menjadi ajang silaturahmi bagi rakyat Kuantan Singingi, dimana ketika pacu jalur berlangsung banyak rakyat yang pulang kampung untuk ikut menyemaraki acara ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar