Senin, 06 November 2023

Filosofi Pendidikan Indonesia

  Topik 2 Tugas 2.4 Ruang Kolaborasi

Kelompok 3

Konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah yang sejalan dengan pemikiran KHD


BUDAYA PACU JALUR

Pacu Jalur (juga dieja sebagai Pachu Jalugh, atau Patjoe Djaloer) adalah perlombaan tradisional dayung perahu atau sampan atau kano yang  terbuat dari kayu gelondongan utuh yg dibentuk menjadi perahu khas Rantau Kuantan yang berasal dari kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau, Indonesia.

Dimulai dari abad ke-17, Pacu Jalur bermula dari sebuah sistem transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, sebuah daerah di sepanjang Sungai Kuantan. Masyarakat belum mengenal transportasi darat pada waktu itu karena Sungai Kuantan masih menjadi sumber kehidupan masyarakat sekitar. Mulai dari memancing, mencuci pakaian dan mandi, hingga sebagai jalur transportasi. Kata Jalur sendiri dalam Bahasa tradisional Riau berarti Perahu.

Mampu menampung 40 hingga 60 orang, masyarakat beramai-ramai menggunakan Jalur untuk mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu. Seiring waktu, muncul berbagai Jalur yang diberi ukiran-ukiran indah, selendang, tali-temali dan berbagai aksesoris pemanis lainnya.

Lambat laun, Jalur tidak hanya berfungsi sebagai alat angkut namun juga sebagai simbol status sosial masyarakat pada kala itu. Pasalnya, hanya datuk-datuk, bangsawan atau penguasa wilayah saja yang dapat mengendarai Jalur berhias. Semakin mewah hiasannya, semakin eksklusif pula Jalur tersebut.

Barulah pada abad ke - 18, warga mulai menggelar lomba adu kecepatan antara Jalur yang sampai hari ini dikenal sebagai Pacu Jalur.

IMPLEMENTASI PEMIKIRAN KHD DALAM BUDAYA PACU JALUR


Ing Ngarso Sung Tolodho

·       Pemain paling depan terdiri atas anak joki dan pendayung pangkal perahu. Anak joki bertugas sebagai pemberi informasi kepada anak pacuan tentang posisi haluan jalur sekaligus memberikan semangat. Kemudian pendayung paling depan sebagai pemimpin

Ing madya mangun karso

·       Pendayung yang berada di Tengah bertugas sebagai pengarah jalan dan pengingat anak pacu ketika mendayung.

Tut wuri handayani

·       Yang berada di bagian belakang memberikan dorongan agar jalur atau perahu melaju dengan baik ke garis finish.

Filosofi budaya pacu jalur yang bisa kita dapatkan yaitu untuk suatu tujuan perlu adanya Kerjasama dan saling bahu membahu sehingga tercapai apa yang menjadi tujuannya. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Pacu Jalur juga menjadi ajang silaturahmi bagi rakyat Kuantan Singingi, dimana ketika pacu jalur berlangsung banyak rakyat yang pulang kampung untuk ikut menyemaraki acara ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perspektif Sosiokultural dan Pendidikan Indonesia

                                                                             Topik 6 tugas 6.8 Aksi Nyata                                   ...